Ditulis oleh: Aminuddin Mahmud
[Alumni PP Muwahidun Angkatan IV | Mahasiswa Program Syari'ah UI Madinah]
Setelah Rajanya kembali untuk kedua kalinya, wilayahnya membentang luas, bahkan mencakup berberapa wilayah dari Oman. Raja Faishol bin Turki dapat menyatukan kembali orang-orang Arab, setelah lama berpecah dalam kegelapan dan krisis moral. Memang begitulah orang-orang Arab, jika tak ada tangan yang kuat menggenggamnya, mereka akan bercerai berai bagai pasir yang luntur dari genggaman tangan. Karena setiap mereka merasa kaum mereka yang paling kuat, paling baik dan paling pantas atas segalanya.
Beliau melayani negara dalam watu yang cukup lama, sekitar 32 tahun. Dalam waktu tersebut, raja yang bijak itu menerapkan kembali syariat Islam sebagai hukum negara, keadilan untuk rakyat-rakyatnya, dan keamanan di setiap sudut kota. Rakyat hidup makmur, aman, dan sejahtera. Jalur haji dan perdagangan kembali aman dan syariat Islam kembali ditegakkan.
Tak lama kemudian Raja Faishol bin Turki wafat, anaknya yang tertua, Abdullah siap diangkat menggantikan ayahnya. Namun saudaranya, Saud tidak ridha. Ia juga mulai menginginkan tahta, maka terjadilah pertikaian antara dua putra mahkota. Peperangan antara Saud ini terjadi begitu banyaknya, hingga rakyat terbagi menjadi dua. Sebagian di kubu sang Raja, Abdullah, dan yang lain di kubu saudaranya, Saud. Bahkan Raja Abdullah meminta bantuan Turki Usmani untuk memerangi saudaranya. Kerajaan mulai melemah karena pertengkaran antar Saud yang tak ada habisnya. Ditambah Turki Usmani yang mulai mencaplok Ahsa' dan munculnya kekuatan baru dari Gunung Shamar, Ibnu Rasyid semakin memperburuk keadaan.
Pada tahun 1307 terjadi kesepakatan antara Raja Abdurrahman (Raja Terakhir Kerajaan Saudi II) dan Ibnu Rasyid. Kesepakatan yang semakin melemahkan keadaan kerajaan, yaitu membatasi wilayah kerajaan Saudi kedua.
Setahun kemudian Ibnu Rasyid mennguasai Qosim setelah menang di Pertempuran "Maidan". Kemudian menjadi juara lagi dalam pertempuran "Kharimla", dan berakhirlah hikayat Kerajaan Saudi Kedua di tangan Ibnu Rasyid.
Kerajan Saudi III
Saat ini Arabia dikuasai Ibnu Rasyid. penguasa baru dari Gunung Shamar. Setelah berhasil merampas kekuasaan dari Para Saud, Ibnu Rasyid kemudian melebarkan sayapnya, menguasai daerah-daerah yang dulu dikuasai Kerajaan Saudi. Para Saud kehilangan kehormatan dan kemulian. Mereka terpaksa pergi dan mencari perlindungan di Kuwait. Raja Saudi terakhir saat itu, Aburrahman bin Saud harus bertahan hidup di Kuwait layaknya rakyat biasa, tak ada kenyamanan dan kemewahan saat menjadi penguasa. Gubernur Kuwait yang berjanji memberinya tunjangan tiap bulanpun tak tahu khabarnya. Bertahun-tahun lamanya Ibnu Rasyid menguasai Arabia, hingga pada tahun 1293 H lahirlah seorang putra, namanya Abdul Aziz, putera dari Abdurrahman dan Shara, seorang yang ditakdirkan kelak membebaskan Arabia dari tangan Ibnu Rasyid dan mengembalikan kejayaan para Saud sebelumnya.
Abdul Aziz tumbuh dewasa, menjadi pemuda yang kuat dan pemberani. Tubuhnya besar, ahli berkelahi, menembak, serta menunggang unta. Suaranya lantang, langkahnya cepat, pandangannya tajam bak singa yang mengembara.
Pada tahun 1319 H beliau melancarkan serangan pertamanya. Sasarannya adalah Riyadh. Seakan tak dapat diakal. Dia keluar dari Kuwait bersama 60 orang dan berberapa unta yang sakit-sakitan. Pasukan itu berjalan pada malam hari dan bersembunyi pada siang hari. Sesampainya di Riyadh, Abdul Aziz membagi pasukannya menjadi dua bagian, 20 orang berada di luar berjaga bersama unta-unta mereka dan sisanya bersamanya. Ketika sampai di sebagian wilayah perladangan, Abdul Aziz menyisakan 33 orang di sana dipimpin oleh saudaranya, Muhammad. Kemudian berangkat bersama 7 orang. Mereka bersembunyi dalam kesunyian malam lalu menunggu keluarnya Gubernur Riyadh, Ibnu Ajlan. Ketika matahari mulai terbit, nampak Ibnu Ajlan keluar dari istananya. Seketika itu, secepat kilat Abdul Aziz dan orang-orangnya meloncat menyerang Ibnu Ajlan. Peperangan tak bisa terelakkan lagi, Ibnu Ajlan mencoba membela, pengawal-pengawal berhamburan keluar dari istana menembaki pasukan Abdul Aziz. Pertempuran sengit antara pasukan Abdul Aziz dan para pengawal istana berlangsung dengan hebatnya. Sedikit pasukan dan amunisi tak menghalangi Abdul Aziz meraih kemenangan. Bermodal kekuatan dan semangat baja, akhirnya Abdul Aziz dapat membunuh Ibnu Ajlan. Kemudian didapatlah Riyadh dan mengumumkan bahwa mulai saat ini Riyadh adalah milik Abdul Aziz, Kerajaan Arab Saudi.
Setelah menaklukkan Riyadh bagai seorang ninja. Abdul Aziz sedikit demi sedikit berusaha menyatukan lagi Arabia di bawah bendera Saud. Pada tahun 1320 H Beliau menaklukkan wilayah Selatan. Kemudian mencapai wilayah Wasim dan Sadir, hingga mengalahkan musuh bebuyutannya sendiri, Ibnu Rasyid dan merampas gunung Shamar. Dengan demikian, lemahlah kekuasaan Ibnu Rasyid dan akhirnya jatuh ditangan Ibnu Saud pada tahun 1340 H.
Raja Abdul Aziz terus berusaha menyatukan Arabia di bawah kekuasaannya. Pada tahun 1341 H beliau mengambil 'Asir kemudian masuk ke Hijaz pada tahun 1344 H dan memplokamasikan Hijaz sebagai wilayahnya.
Berberapa kota penting di Arabia tak luput di kuasainya. Beliau menyatukan Qosim dan Buraidah pada tahun 1322 H. Kemudian menaklukan wilayah Ahsa' 7 tahun kemudian. Menjamah Thoif dan Makkah pada tahun 1243 H, dilanjutkan Jeddah dan Madinah Munawaroh pada tahun 1344 H serta Jizan pada tahun 1351 H. Beliau menjadi Raja Kerajaan Arab Saudi ke tiga selama kurang lebih 22 tahun dan meninggal pada usia 80 tahun di Thoif tahun 1373 H.
Wallahu a'lam bisshowab.
Artikel sebelumnya,
https://konsulatmuwahidunlipia.blogspot.com/2019/01/saudi-arabia-negeri-manusia-sahara.html

Tidak ada komentar:
Posting Komentar