Oleh: Nur Farid Khoiruddin (Alumni 2014 PP Muwahidun - Mahasiswa Majmaah University, Prodi Dirasat Islamiyah, Kerajaan Saudi Arabia)
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Segala puji syukur kehadirat Allah Jalla wa ‘Ala, sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Ada seorang wanita lemah berkulit hitam yang keberadaanya tidak terlalu diperhatikan di kalangan Sahabat dan Shohabiyyat. Tidak ada pekerjaan baginya selain menjaga kebersihan Masjid Nabawi saat itu. Setiap hari ia membuang berbagai sampah dan berusaha agar Masjid Nabawi tetap dalam keadaan bersih.
Tahukah anda siapa dia?
Ialah seorang shohabiyah Ummu Mihjan Radhiyallahu ‘Anha. Begitulah ia luangkan hari-harinya hanya untuk membersihkan Masjid Nabawi, masjid terbaik kedua ummat islam, masjid yang dibangun oleh Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam pada tahun kedua hijrah dari mekkah. Pada suatu malam ia meniggal dunia Radhiyallahu ‘Anha kemudian ia disholatkan oleh para sahabat kemudian menguburkannya dan belum memberi tahu kematian ummu mihjan kepada Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beberapa hari kemudian Rasulullah merasa kehilangan Ummu Mihjan, karena Rasulullah memperhatikan keberadaanya yang membersihkan masjid dan sangat mengharagai pekerjaanya itu. Lalu para Sahabat memberi tahu Rasulullah bawhwa Ummu Mihjan telah meninggal dunia, dan seolah-olah para Sahabat tidak terlalu mengangkat topik kematiannya, mereka menganggap bahwa wafatnya ialah hal yang biasa saja.
Maka Nabi Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya kepada sahabat, “ Tunjukkan pada ku dimana kuburannya? “. Lalu Rasulullah mendatangi kuburannya dan beliau menshalatinya. [1]
Subhannallah! Seorang wanita yang lemah, yang keberedaanya menjadi hal yang biasa dikalangan manusia pada zaman itu, ditanyakan keberadaanya, bahkan merasa kehilangan atas wafatnya oleh manusia terbaik di atas Bumi, Rasullullah Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam, setelah mendengar kabar wafatnya pun beliau Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam belum puas sampai datang ke kuburannya lalu shalat atas kematiannya. Sungguh mulia ia diwafatkan, ia disholatkan oleh manusia terbaik yang sholatnya adalah cahaya, ketentraman dan rahmat Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Pertanyaannya adalah amalan apa yang dilakukan Ummu Mihjan untuk medapatkan kemuliaan ini? Apakah ia membangun suatu masjid? Apakah ia membuat sumur untuk diminum orang lain? Tidak. Apakah ia menanggung seorang anak yatim? Apakah ia menolong seseorang yang sedang membutuhkan pertolongan? Tidak. Lalu, amalan apakah itu?
Ya, Ia hanya membersihkan masjid dari kotoran atau sampah yang ada dan berusaha menjaga keadaaan masjid tetap bersih, dan perlu dicatat ia melakukan hal tersebut secara sukarela, tanpa perintah Rasulullah dan ikhlas mengharapkan ridha Allah Jalla wa ‘Ala.
Maka Janganlah meremehkan kebaikan sekecil apapun itu. Anda keluarkan satu daun saja dari masjid bisa jadi Allah merahmati amalan yang sudah anda lakukan.
Ada seorang laki-laki yang hidup sebelum kita, Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam bercerita tentangnya lalu Beliau Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan bahwa laki-laki tersebut dihisab ( dihitung amalnya) ia tidak mememiliki kecuali satu amalan saja yang diterima Allah hingga Allah menyanjungnya dan mengampuni dosa-dosanya, lalu amalan besar apa yang ia lakukan hinga mendapatkan sanjungan dari Allah dan diampuni dosa-dosanya? Apakah ia mengularkan hartanya ?
Nabi Muhammad Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menjelaskan amalan seoarang laki-laki itu, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, “ Ketika seorang laki-laki berjalan disuatu jalan dan menemukan dahan yang berduri lalu ia membuangnya maka Allah menyanjungnya dan mengampuni dosanya. “ [2], Dalam riwayat Ibnu Hibban, “ Seorang Laki-laki sebelum kalian dihisab amalnya maka tidak ada baginya kebaikan selain dahan berduri di jalan yang sering menggangu orang-orang lalu ia menyingkirkannya maka Allah mengampuninya”.
Allahu Akbar! Laki-laki ini mendapatkan rahmat Allah karena sebuah dahan berduri yang ada di jalan yang biasa dilewati oleh orang-orang, hingga Allah merahmatinya, menyanjungnya, dan mengampuninya, maka janganlah meremehkan kebaikan sekecil apapun itu. Bisa jadi anda membuang sebuah batu atau duri dari jalan kemudian Allah merahmati anda dan mengampuni dosa-dosa anda.
Dari dua kisah diatas kita dapat memetik intisari bahwa rahmat Allah itu luas dan ampunan Allah itu nyata, amalan kecil bisa menaikkan derajat pahalanya disisi Allah karena niat, jangan meremehkan suatu kebaikan sekecil apapun itu dan beramal sholih itu mudah.
Dan inilah hadits Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam yang memerintahkan ummatnya agar tidak meremehkan kebaikan sekecil apapun itu.
وَعَنْ أَبِي ذَرٍّ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاك بِوَجْهٍ طَلْقٍ»
Dari Abu Dzarr Radhiyallahu ‘Anhu berkata, Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “ Janganlah engkau meremhkan kebaikan sekecil apapun, walaupun jika engkau berjumpa dengan saudaramu dengan wajah yang penuh senyum dan berseri “. [3]
Wallahu ‘A’lam Bisshowab.
* Dikutip dari Artikel “ Laa Tahqironna Minal Ma’rufi Syaian “ karya Dr. Sholih Furaih Al Bahlal, Dosen Hadits Fakultas Tarbiyah Prodi Dirasat Islamiyah Majmaah University, Zulfi, KSA
Link artikel asli : http://s-albahlal.com/?p=75
* Diterjemahkan dan diringkas oleh Nur Farid Khoiruddin, Alumni Ponpes Muwahidun Pati, Mahasiswa Majmaah University, Fakultas Tarbiyah Prodi Dirasat Islamiyah, Zulfi KSA
[1] H.R. Bukhari no. 438, versi Fathul Bari no. 458
[2] H.R. Bukhari no. 2292, versi Fathul Bari no. 2472
[3] H.R. Muslim no. 4760, versi Syarh Sohih Muslim no. 2626
Tidak ada komentar:
Posting Komentar