Ditulis oleh: Nudyali Nur Fatimah
Allah berfirman: "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggung jawaban." ( Al-Isra` 36 )Peran hati bagi seluruh anggota badan ibarat raja bagi para prajuritnya. Semua bekerja berdasarkan perintahnya. Semua tunduk kepadanya. Karena perintah hatilah, istiqomah dan penyelewengan itu ada. Begitu pula dengan semangat untuk bekerja. Rosululloh saw bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
Artinya: Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila segumpal daging tersebut baik, (maka) baiklah seluruh tubuhnya. Dan apabila segumpal daging tersebut buruk, (maka) buruklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati. [HR. Bukhori dan Muslim ]Atas dasar inilah maka memperbaiki hati (islahul qolbi) merupakan perkara yang paling utama untuk di seriusi bagi setiap orang yang ingin menempuh jalan menuju ridlo Alloh swt.
Macam-macam hati
Karena hati ibarat raja yang memerintah seluruh anggota tubuhnya, maka pekerjaan yang dihasilkan juga tergantung perintah rajanya. Raja yang baik akan memberi perintah-perintah yang baik, demikian juga sebaliknya, jika rajanya adalah orang yang jahat, maka dia pun akan memerintah dengan kejahatan pula.
Demikian halnya dengan hati manusia, jika hatinya itu hati yang baik juga akan menyuruh anggota tubuh untuk berbuat baik dan sebaliknya hati yang buruk juga akan memerintah anggota badan berbuat keburukan. Oleh karena itu seyogyanya setiap manusia mengenal karakter hati manusia agar bisa mensikapinya dengan bijak dan tidak terjerumus dalam perintah-perintah yang menceburkan ke dalam neraka. Adapun hati dapat di kelompokkan menjadi 2 yaitu:
1. Hati yang sehat ( Qolbun Saliim )
Hati yang sehat adalah hati yang terbebas dari setiap syahwat, keinginan yang bertentangan dengan perintah Alloh swt dan terbebas pula dari setiap syubhat yaitu ketidak jelasan yang menyeleweng dari kebenaran. Hati yang tidak pernah beribadah kepada selain Alloh swt dan berhukum kepada selain hukum Rosululloh saw. Ubudiyahnya murni kepada Alloh.
Sehingga jika mencintai, membenci, memberi dan menahan diri, di lakukan semata karena Alloh. Pemilik hati yang seperti inilah kelak yang akan selamat hidupnya di akhirat dari kengerian neraka. Sebagaimana firman Alloh:
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ . إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سليم
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (QS. Assyu`aro 88-89)Ibnu Katsir berkata:” Yakni tiada yang dapat melindungi seseorang dari azab Allah harta bendanya, sekalipun ia memiliki emas sepenuh bumi. Tidak dapat pula menebusnya dari azab Allah, sekalipun dengan seluruh manusia yang ada di bumi. Tiada yang bermanfaat pada hari itu kecuali iman kepada Allah dan mengikhlaskan diri hanya kepada-Nya dalam beragama serta berlepas diri dari kemusyrikan dan para penganutnya.
2. Hati yang sakit ( qolbun mariidl )
Yaitu hati yang hidup namun mengandung penyakit. Dia akan mengikuti unsur yang kuat, sehingga kadang-kadang cenderung kepada “kehidupan” dan terkadang cenderung pada “ penyakit”.
Dalam hati ini terdapat kecintaan, keimanan, keihlasan, dan tawakkal yang semua berfungsi sebagai sumber kehidupan bagi hati tersebut. Namun padanya pula terdapat kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat (kesenangan dunia), hasad (dengki), kibr(sombong), dan ujub bangga diri) yang semua merupakan sumber bencana dan malapetaka bagi hati itu sendiri.
Hati ini berada di antara penyeru pada Alloh, rosul, dan hari akhir dan penyeru kepada gemerlap kehidupan dunia yang di motori Syaithon, dan seruan yang akan disambutnya adalah yang terdekat dan paling akrab.
Hati ini bisa sakit karena terkena racun yang mematikan, racun-racun hati itu sebagaimana dituturkan para ulama adalah
1. Banyak bicara
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
“Sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk keridhaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu Allah menaikkannya beberapa derajat. Dan sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk kemurkaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka Jahannam”. [HR al-Bukhâri, no. 6478]2. Banyak makan
Rosululloh saw bersabda:
ما ملأ آدميٌّ وعاءً شرًّا من بطن، بحسب ابن آدم أكلات يُقمن صلبَه، فإن كان لا محالة، فثُلثٌ لطعامه، وثلثٌ لشرابه، وثلثٌ لنفَسِه
“Tiada tempat yang manusia isi yang lebih buruk ketimbang perut. Cukuplah bagi anak adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya) maka hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas.” (HR. Ahmad)3. Berlebihan dalam bergaul
Dalam sebuah hadits Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau :
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)Imam An Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa dalam hadits ini terdapat permisalan teman yang shalih dengan seorang penjual minyak wangi dan teman yang jelek dengan seorang pandai besi. Hadits ini juga menunjukkan keutamaan bergaul dengan teman shalih dan orang baik yang memiliki akhlak yang mulia, sikap wara’, ilmu, dan adab. Sekaligus juga terdapat larangan bergaul dengan orang yang buruk, ahli bid’ah, dan orang-orang yang mempunyai sikap tercela lainnya.” (Syarh Shahih Muslim 4/227)
Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah mengatakan : “Hadits di ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Hadits ini juga mendorong seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.”( Fathul Bari 4/324)
4. Berlebihan dalam memandang
Berlebihan dalam memandang, akan menimbulkan anggapan indah apa yang dipandang dan bertautnya hati yang memandang, kepada obyek yang di pandangnya. Selanjutnya muncullah berbagai kerusakan dalam hatinya.
Dan masih ada banyak lagi racun-racun yang mematikan hati. Hati dengan segala kemudahan berubahnya, serta kemampuan menggerakkan seluruh gerakan manusia, maka perlu untuk dijaga dengan memperhatikan tempatnya dimana hati itu sering singgah, di rumah Allah atau di rumah yang tak layak dihuni??
Demikian juga tidak kalahh pentignya memperhatikan makanannya, karena pengaruh makanan sangat luar biasa efek sampingnya, lalu harus juga waspada segala penyakit yang menghampirinya, karena penyakit hati mampu menghancurkan segala-galanya.
Sekian.
Wallahu ta’ala a’lam wa a’lam.
Alhamdulillah, jadi pencerah semoga Alloh mudahkan semua urusan penulisnya, dan seluruh kerabat kerja blogger ini.
BalasHapusSangat bagus,,,lanjutkan kegiatan tulis menulis sebagai sarana dakwah di era globalisasi digitalisasi.