Ditulis oleh: Faradita Esha Hanida
[Alumni PP Muwahidun Angkatan IX | Mahasiswi Program I’dad Lughowi 2 IIPIA]
[Alumni PP Muwahidun Angkatan IX | Mahasiswi Program I’dad Lughowi 2 IIPIA]
Bismilah
Lagi, Indonesia bersedih. Belum pulih traumatis dari banyaknya sanak saudara, tetangga, kerabat, yang menjadi korban gempa Lombok, Allah kembali menunjukkan kerinduan-Nya akan makhluk ciptaan-Nya dengan mengambil beribu-ribu nyawa saudara kita di Palu.
Lagi, Indonesia berlinang air mata. Belum pulih rasa sesak di dada melihat begitu banyak bangunan-bangunan yang dulunya gagah berdiri, kokoh, nan dielu-elukan manusia karena kemegahannya, hancur begitu saja saat gempa di Lombok terjadi, dan kini Allah kembali menunjukkan kedahsyatan-Nya yang tak ada satu orangpun bisa mengalahkan dengan memorak-porandakan tanah Palu.
Dan masih banyak lagi kesedihan-kesedihan yang sedang kita rasakan saat ini karena bencana-bencana yang telah terjadi. Maka bagaimana sebaiknya sikap kita sebagai seorang muslim di dalam situasi ini? Terutama bagi kita yang jauh dari daerah kejadian?
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan ketika bencana melanda.
• Yang pertama : banyak-banyak berdoa, berdzikir, dan istighfar kepada Allah.
Berdoalah kepada Allah agar musibah dan bencana segera berakhir, berdoa pula kepada-Nya agar korban-korban bencana senantiasa diberikan ketabahan. Kemudian, mohon ampunlah kepada-Nya, barangkali dosa-dosa kitalah yang menjadi sebab banyaknya musibah dan bencana yang terjadi. Allah berfirman dalam QS Al-Anfal : 33
(وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (33
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun”.• Yang kedua : bantulah mereka (korban bencana).
Jelas, bahwa para korban bencana pasti mengalami kesulitan, kekurangan sandang dan pangan, maka tugas kita adalah membantu dan meringankan, sisihkanlah sebagian harta dan waktu kita untuk membantu dan mendoakan mereka, seperti sabda nabi yang berbunyi :
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Barang siapa yang membantu menghilangkan kesusahan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan menghilangkan kesusahan darinya besok di hari kiamat” (HR. Muslim no. 2699).• Yang terakhir : Jangan menghakimi korban sedang mereka dalam keadaan trauma.
Perlu digaris bawahi bagi kita, bahwa bencana pasti mengakibatkan perubahan yang tidak dapat diprediksi pada korban, meski terkadang tidak terlihat luka fisik, namun tetap saja bencana menjadi beban emosional bagi siapapun yang mengalaminya. Maka, jangan sekali-kali kita menghakimi mereka saat kondisi emosional yang tidak stabil, karena berdakwah pun ada ilmunya, sampaikanlah kalimat-kalimat sabar kepada mereka ketika bencana baru saja terjadi, kemudian barulah ketika masa-masa pemulihan, nasehati mereka tentang muhasabah diri dan peringatan dari Allah atas bencana yang terjadi. Tujuannya agar kita tidak salah langkah, alih-alih membantu ternyata justru menambah beban psikologis mereka. Allahu a'lam.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar