Bismillah...
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah subhanahu wata'ala karena atas limpahan nikmat, rahmat, hidayah serta inayahNya kita masih diberi kesempatan untuk senantiasa berlomba lomba untuk mencari rahmat dan ridhoNya. Sholawat serta salam kita haturkan kepada uswatun hasanah kita Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wasallam yang telah mengajarkan dan menuntun kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang akan ilmu.
Berbicara mengenai nikmat Allah, maka kita perlu melihat lagi bahwasanya ada suatu nikmat yang terlihat sepele, bahkan terkadang kita bahkan tidak melihatnya sebagai salah satu bentuk kenikmatan yang diberikan Sang Khaliq kepada kita. Apakah nikmat itu? Nikmat tersebut adalah nikmat keimanan. Banyak kita dapati di dalam Al Qur'an dan As Sunnah yang mana Allah dan RasulNya menjanjikan bagi orang-orang yang beriman dengan kenikmatan yang kekal dan abadi.
Pembaca yang dirahmati Allah, orang yang beriman memilki banyak sekali karakteristik, yang mana hal tersebut saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Dan di sini penulis akan membahas salah satu karakteristik orang yang beriman yaitu ukhuwah.
Ukhuwah adalah sebuah konsepsi Islam yang menyatakan bahwa setiap muslim dengan muslim lain hakikatnya ialah bersaudara. Banyak ayat Al Qur'an dan hadist Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam yang menjadi landasan konsep ini. Sebagaimana firman Allah ta'ala:
(إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ ...َ) [سورة الحجرات 10]
"Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara" [Q.S Al Hujurat: 10].
(إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ ...َ) [سورة الحجرات 10]
"Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara" [Q.S Al Hujurat: 10].
Dan ukhuwah (persaudaraan) juga merupakan salah satu nikmat yang diberikan kepada umat Islam. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al Qur'an:
(... وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا ...) [سورة آل عمران 103]
"... dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, ..." (Ali Imran: 103)
(... وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا ...) [سورة آل عمران 103]
"... dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, ..." (Ali Imran: 103)
Bahkan dalam beberapa keterangan kata "ukhuwah" kerap digandengkan dengan kata Islam, iman, atau mukmin. Hal ini menandakan bahwa rasa persaudaraan (ukhuwah) merupakan salah satu tolak ukur utama keimanan dan keislaman seseorang. Seperti disebutkan dalam satu hadits,
عن أنس بن مالكٍ رضي الله عنه -خادم رسول الله صلى الله عليه وسلم- ، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ((لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه))؛ رواه البخاري ومسلم
عن أنس بن مالكٍ رضي الله عنه -خادم رسول الله صلى الله عليه وسلم- ، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ((لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه))؛ رواه البخاري ومسلم
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Muhammad Shallallahu'Alaihi Wasallam, beliau bersabda: "Tidaklah salah satu dari kalian beriman sampai dia menyukai (mencintai) apa yang disuka saudaranya sebagaimana dia menyukai apa yang dirinya suka." (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Apabila kita melihat pada sejarah perjuang dakwah Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wassallam "ukhuwah" merupakan salah satu dari tiga unsur kekuatan yang menjadi karakteristik masyarakat Islam pada zaman itu. Yang pertama kekuatan iman dan aqidah, kedua kekuatan ukhuwah dan ikatan hati, ketiga kekuatan kepemipinan dan senjata. Dengan tiga kekuatan tersebut Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam membangun masyarakat yang ideal, memperluas jaringan dakwah Islam, mengangkat tinggi bendera tauhid, dan mengeksiskan umat Islam di muka bumi kurang dari setengah abad.
Mungkin kita akan berdecak kagum dengan sikap para sahabat Anshar terhadap saudara seimannya kaum Muhajirin dengan kisah-kisah terkenal dalam perkara ini. Kaum Muhajirin yang menemani Rasulullah berhijrah dan mereka meninggalkan seluruh harta benda, kemudian ketika sampai di Madinah para sahabat Anshar berlomba-lomba untuk membantu saudaranya. Ukhuwah, cinta, dan itsar sejatinya syarat kebangkitan dan kemenangan, itulah strategi pertama yang ditempuh Rasulullah dengan mempersaudarakan sahabat Anshar dengan sahabat Muhajirin dan membangun masjid tempat membina persaudaraan dan persatuan kaum Muslimin.
Saudaraku seiman yang dimuliakan Allah, dari sedikit pemaparan di atas saya mengajak kepada diri saya dan kepada saudara untuk marilah kita senantiasa memperkuat ukhuwah di antara kita. Karena perpecahan umat adalah hal yang paling diinginkan dari musuh Islam, dan ukhuwah adalah salah satu parameter utama keimanan dan keislaman seseorang, maka marilah kita mengoreksi pribadi masing-masing dan jangan lah keimanan dan keislaman kita hanya akting dan sandiwara belaka.
Wallahu a'lam bisshowab, fastabiqul khoirot.
Ditulisis oleh: N Fikri Fauzan T (Alumni PP Muwahidun-Pati 2014 | Mahasiswa Prodi Syariah LIPIA-Jakarta)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar