***
Setiap manusia yang ada di dunia ini pasti akan kembali pada Allah; Sang Penciptanya. Ya, itu sudahlah pasti. Tak ada muslim yang berpemahaman benar menentang hal ini. Karena kembalinya kita pada Allah sudah pasti dan merupakan dasar dari aqidah kita.
Allah menciptakan kita di dunia ini, tak lain adalah untuk beribadah pada-Nya serta tak menyekutukan Dia dengan suatu apapun.
Allah berfirman tentang hal ini,
﴿ﻭَﻣَﺎﺧَﻠَﻘْﺖُﺍﻟْﺠِﻦَّﻭَﺍﻟْﺈِﻧْﺲَﺇِﻟَّﺎﻟِﻴَﻌْﺒُﺪُﻭﻥِ﴾
"Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka beribadah kepadaku."
(Quran Surah Adz-Dzariyat ayat 56)
Dari ayat ini, kita mengetahui bahwasanya tujuan penciptaan jin dan manusia adalah untuk beribadah hanya pada Allah serta tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun.
Lalu, yang menjadi pertanyaan saat ini, apakah kita sudah beribadah dengan sebaik-baiknya?
Nah, pada hari kiamat kelak, seluruh amalan kita akan dihisab serta ditimbang. Manakah yang lebih berat antara kebaikan dengan dosa dan keburukan kita?
Ada sebuah kisah menarik yang Rasulullah kabarkan kepada para Sahabat tentang sebuah peristiwa yang terjadi di hari penghitungan amal.
Dari sahabat Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma , Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ ﻳَﺴْﺘَﺨْﻠِﺺُ ﺭَﺟُﻠًﺎ ﻣِﻦْ ﺃُﻣَّﺘِﻲ ﻋَﻠَﻰ ﺭُﺀُﻭﺱِ ﺍﻟْﺨَﻠَﺎﺋِﻖِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ، ﻓَﻴَﻨْﺸُﺮُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺗِﺴْﻌَﺔً ﻭَﺗِﺴْﻌِﻴﻦَ ﺳِﺠِﻠًّﺎ ، ﻛُﻞُّ ﺳِﺠِﻞٍّ ﻣَﺪَّ ﺍﻟْﺒَﺼَﺮِ ، ﺛُﻢَّ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﻟَﻪُ : ﺃَﺗُﻨْﻜِﺮُ ﻣِﻦْ ﻫَﺬَﺍ ﺷَﻴْﺌًﺎ؟ ﺃَﻇَﻠَﻤَﺘْﻚَ ﻛَﺘَﺒَﺘِﻲ ﺍﻟْﺤَﺎﻓِﻈُﻮﻥَ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﻟَﺎ ، ﻳَﺎ ﺭَﺏِّ ، ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﺃَﻟَﻚَ ﻋُﺬْﺭٌ ، ﺃَﻭْ ﺣَﺴَﻨَﺔٌ؟ ﻓَﻴُﺒْﻬَﺖُ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ، ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﻟَﺎ ، ﻳَﺎ ﺭَﺏِّ ، ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﺑَﻠَﻰ ، ﺇِﻥَّ ﻟَﻚَ ﻋِﻨْﺪَﻧَﺎ ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻭَﺍﺣِﺪَﺓً ، ﻟَﺎ ﻇُﻠْﻢَ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ، ﻓَﺘُﺨْﺮَﺝُ ﻟَﻪُ ﺑِﻄَﺎﻗَﺔٌ ، ﻓِﻴﻬَﺎ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ، ﻭَﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟُﻪُ ، ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﺃَﺣْﻀِﺮُﻭﻩُ ، ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﻳَﺎ ﺭَﺏِّ ، ﻣَﺎ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟْﺒِﻄَﺎﻗَﺔُ ﻣَﻊَ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟﺴِّﺠِﻠَّﺎﺕِ؟ ! ﻓَﻴُﻘَﺎﻝُ : ﺇِﻧَّﻚَ ﻟَﺎ ﺗُﻈْﻠَﻢُ ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﺘُﻮﺿَﻊُ ﺍﻟﺴِّﺠِﻠَّﺎﺕُ ﻓِﻲ ﻛَﻔَّﺔٍ ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻄَﺎﺷَﺖْ ﺍﻟﺴِّﺠِﻠَّﺎﺕُ ، ﻭَﺛَﻘُﻠَﺖْ ﺍﻟْﺒِﻄَﺎﻗَﺔُ ، ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺜْﻘُﻞُ ﺷَﻲْﺀٌ ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ
Orang itu berkata, ‘Tidak, wahai Tuhanku’.
Allah berfirman, "Apakah engkau mempunyai ‘udzur/alasan atau mempunyai kebaikan ?"
Orang itu pun tercengang dan berkata, "Tidak wahai Rabb."
Allah berfirman, "Engkau di sisi kami mempunyai satu kebaikan. Tidak ada kedhaliman terhadapmu pada hari ini."
Lalu dikeluarkanlah padanya sebuah kartu (bithaqah) yang tertulis, "Asyhadu an Laa ilaaha illallaah wa anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuuluh"
(aku bersaksi bahwasannya tidak ada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, dan aku bersaksi bahwasannya Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya).
Allah berfirman, "Perlihatkan kepadanya."
Orang itu berkata, "Wahai Rabb, apalah artinya kartu ini dengan seluruh catatan amal kejelekan ini?"
Dikatakan, "Sesungguhnya engkau tidak akan didhalimi."
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Lalu diletakkanlah catatan-catatan amal kejelekan itu di satu daun timbangan. Ternyata catatan-catatan itu ringan dan kartu itulah yang jauh lebih berat. Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat daripada nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
(HR. Ahmad 6994, Turmudzi 2850 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)
Hadits ini mengisahkan bahwasanya kalimat tauhid (ucapan Laa Ilaaha Illallah) adalah amalan yang paling utama. Dengannya seseorang bisa masuk dalam Islam. Dan dengannya pula seseorang bisa masuk ke dalam surga-Nya.
Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin berkata tentang hadits ini,
“Amalan tidaklah berlipat-lipat karena bentuk dan banyaknya amalan tersebut. Amalan bisa berlipat-lipat karena sesuatu di dalam hati. Bentuk amal bisa jadi satu (sama dengan yang dikerjakan orang lain). Akan tetapi bisa jadi ada perbedaan satu amal dan amal lainnya yang perbedaannya antara langit dan bumi (artinya: jauh). Cobalah renungkan hadits bitoqoh. Lihatlah catatan amalnya yang berisi kalimat laa ilaha illallah diletakkan di salah satu daun timbangan dan 99 catatan dosa di timbangan lainnya. Bayangkan pula bahwa satu catatan dosa saja jika dibentangkan sejauh mata memandang. Namun ternyata kartu ampuh berisi kalimat tauhid (laa ilaha illallah) mengalahkan catatan penuh dosa. Ia ternyata tidak disiksa. Kita pun tahu bahwa setiap ahli tauhid memiliki kartu ampuh ini (kartu laa ilaha illallah). Namun kebanyakan mereka malah masuk neraka karena sebab dosa yang mereka perbuat."
Memang, tauhid adalah hal paling utama dalam agama ini Itulah mengapa Rasulullah selama 13 tahun dakwahnya di Makkah hanya menyerukan manusia untuk mengesakan Allah serta tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun. Karena memang benar ini adalah kunci keimanan, kunci yang bisa menyelamatkan kehidupan kita di dunia serta di akhirat kelak.
Semoga, ucapan "Laa Ilaaha Illallah" yang kita ucapkan bisa menyelamatkan diri kita di akhirat kelak. ^^

Alhamdulillah, semoga hamba senantiasa konsisten hati dan lidah dalam syahadah. Aamiin.
BalasHapus