Index Labels

Dua Syarat Diterimanya Amalan

. . Tidak ada komentar:

Allah subhanahu wa ta ala, adalah Dzat yang maha menciptakan. Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan makhluk (jin dan manusia) melainkan untuk beribadah hanya kepada-Nya, sebagaimana firman Allah ta’ala:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. [QS Adz Dzariyat :56]
Dari firman Allah tersebut, dapat kita ambil faedah bahwa pada hakikatnya kita (manusia) bahkan seluruh makhluk yang ada di langit dan bumi tujuannya tidak lain untuk beribadah hanya kepada Allah ta’ala. Kita beraktifitas sehari-hari, keluar dari rumah untuk bekerja, menuntut ilmu dan bahkan ada yang sampai meninggalkan kampung halaman demi menggapai cita-cita. Itu semua kita niatkan untuk beribadah hanya kepada Allah. Akan tetapi muncul pertanyaan, apakah semua amalan yang sudah kita kerjakan yang kita niatkan sebagai ibadah sudah pasti diterima  oleh Allah? Atau ada syarat yang perlu kita kerjakan supaya amalan kita diterima oleh-Nya? Maka dari itu kami akan membahas sedikit tentang dua syarat utama di terimanya amalan seorang hamba.
Pembaca yang mudah-mudahan dirahmati oleh Allah, kalau kita lihat di sekitar kita, berapa banyak orang yang telah berlomba-lomba  beramal shalih dalam jumlah yang banyak dan bahkan dengan barang yang berkualitas, namun semua itu di sisi Allah merupakan suatu amalan yang sia-sia.  Namun ada juga yang beramal dalam jumlah yang tidak banyak juga dengan kualitas yang biasa-baisa saja, akan tetapi amalan tersebut mendapat ganjaran yang luar biasa di sisi Allah. Dari analogi di atas dapat kita ambil suatu pelajaran yaitu tentang syarat diterimanya suatu amalan.
Jadi ada dua syarat yang perlu kita perhatikan dalam setiap amalan yang akan kita kerjakan. Syarat pertama diterimanya amalan seorang hamba yaitu Ikhlas.  Yang dimaksud ikhlas di sini adalah kita melakukan segala amalan dan kita tujukan amalan tersebut hanya kepada Allah dan mengharapkan rahmat dari-Nya tanpa menyekutan-Nya dengan apapun. Sebagaimana firman Allah:
وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”  [QS Al Bayyinah: 5]
Kemudian syarat yang kedua supaya amalan kita dapat diterima oleh Allah subhanahu  wa ta’ala yaitu mengikuti ajaran Rasulullah  sallahu ‘alaihi wa sallam. Misal solat maghrib 3 rakaat, akan tetapi kita solat maghrib 6 rakaat dengan mengaharap pahala yang dilipat gandakan Allah. Walaupun kita melaksanakannya dengan khusyuk. Itu juga suatu amalan yang sia-sia di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana sabda Nabi sallahu ‘alaihi wa sallam:
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)

Pembaca yang mudah-mudahan dirahmati Allah, di atas sudah sedikit kita bahas tentang dua syarat diterimanya amalan seorang hamba. Maka dari itu saya berpesan kepada diri saya sendiri khususnya, dan pada pembaca umumnya, bahwa dua perkara di atas merupakan suatu hal yang perlu kita perhatikan. Karena beramal tanpa memerhatikan dua perkara tersebut maka amalan yang telah kita kerjakan tidak akan berarti apa-apa di sisi Allah Dzat yang menciptakan serta mengatur alam semesta ini.

Waallhu a’lam bisshowaab.

Ditulis oleh: Nurul Fauzan Tamami (Mahasiswa LIPIA, Semester 2 Takmiliy)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Pengikut

Popular Post