Oleh : Aminudin Mahmud (Sekretaris Konsulat Muwahidun di LIPIA)
Tauhid dalam bahasa arab adalah isim mashdar,yang
berasal dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhidan yang artinya mengesakan atau
menjadikan sesuatu menjadi satu. Sedangkan menurut istilah para ulama memiliki
pendapat yang berbeda-beda diantaranya :- Pendapat pertama :Tauhid adalah Mengesakan Allah dengan Ibadah
- Pendapat kedua :Tauhid adalah Mengesakan Allah dengan perbuatan atau amalan-amalan hamba-hambanya
- Pendapat ketiga :Tauhid adalah Mengesakan Allah dengan Rububiyahnya, Uluhiyahnya dan Asma’ wa Sifatnya.
Dan Dari tiga
pendapat ulama tersebut, pendapat yang ketigalah yang paling kuat, karena pada
dasarnnya tauhid dibagi menjadi tiga. Sedangkan pendapat pertama dan kedua hanya
menerangkan pengertian tauhid Uluhiyah saja.(Syarah Lammiyati Syaikhul Islam
IbnuTaimiyyati, Bab Mafhumu Tauhid karya Umar Abu Su’ud Fahd).
Para Ulama berpendapat tauhid di
bagi tiga, yaitu Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Asma’ wa Sifat.
- Tauhid Rububiyah, adalah mengesakan Allah dengan perbuatan Allah sendiri, seperti menciptakan langit dan bumi, memberi rizki, menguasai, menghidupkan dan mematikan serta mengatur urusan di dunia ini. Artinya kita harus meyakini, bahwa hanya Allah yang menciptakan langit dan bumi, menghidupkan dan mematikan, member rizki dan lain-lain. Adapun dalilnya QS Yunus : 31. Begitu juga dalam hal membuat syari’at seperti menghalalkan dan mengharamkan sesuatu untuk manusia demi kemaslahatan atau kebaikan hidup mereka, merupakan hak Allah semata. Adapun dalilnya, QS As-Syu’ara : 21.
- Tauhid
Uluhiyah, adalah mengesakan Allah dengan
perbuatan atau amalan-amalan para hamba dan dengan ketaatan para hamba yang disertai dengan ketundukan kepada Allah. Seperti berdoa, bernadzar, berqurban, berharap, bertawakkal, cinta. Artinya kita harus meyakini bahwa semua perbuatan atau amalan hamba seperti
berdo’a, bernadzar, berharap dan lain-lain hanya boleh diserahkan kepada Allah saja tidak yang
lainnnya. Adapun dalilnya, QS Ghofur : 60, QS Jin : 18, QS Muhammad : 23.
- Tauhid Asma’ wa Sifat, adalah mengimani sifat-sifat Allah yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadist-hadits yang shohih, yang Allah mensifati dirinya sendiri dengan sifat tersebut dan Rasulullah juga mensifatinya dengan sifat-sifat itu dengan apa adanya, tanpa menyerupakan, menggambarkan, memisalkan, membentuk, mengganti atau menghilangkan sifat-sifat Allah yang jelas ada di dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits shohih. Artinya, kita tidak boleh menyerupakan, menggambarkan, memisalkan, membentuk, mengganti atau menghilangkan sifat Allah seperti kita menyerupakan Allah dengan sesuatu, menggambarkan Allah dengan sesuatu dan mengganti atau menghilangkan sifat-sifat Allah yang tertulis di Al-Qur’an dan hadist-hadist shohih. Seperti yang tertulis di QS As-Syuraa : 11, QS Al-A’raf : 180. (Al-Burhan fi Masailil Iman Bab Aqsamut Tauhid karya Syaikhuna KH. Abdul Wahid Hasyim). Wallohu a'lam bishshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar